Culture Invasion – idesirevintageposters.com – Merarik: Tradisi Pernikahan Unik Suku Sasak Lombok. Suku Sasak adalah kelompok etnis mayoritas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang memiliki tradisi dan kebudayaan kaya, salah satunya adalah tradisi Merarik. Merarik, atau yang dikenal juga dengan istilah kawin lari, adalah tradisi pernikahan unik dari suku Sasak yang sudah ada sejak lama. Tradisi ini melibatkan “penculikan” calon pengantin perempuan oleh calon pengantin laki-laki, diikuti dengan serangkaian upacara adat. Merarik bukanlah penculikan dalam arti negatif, melainkan ritual sakral yang memiliki nilai budaya tinggi bagi masyarakat Sasak. Artikel ini akan membahas proses, makna, dan keunikan dari tradisi Merarik serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Makna dan Filosofi Tradisi Merarik
Secara harfiah, “Merarik” dalam bahasa Sasak berarti “mengambil”. Tradisi Merarik adalah cara masyarakat Sasak menggabungkan ritual adat dengan pernikahan dalam sebuah proses yang penuh makna. Merarik dianggap sebagai simbol cinta dan keberanian seorang laki-laki dalam memperjuangkan calon pasangannya.
Di balik prosesi ini, terdapat nilai-nilai budaya, kehormatan, dan tanggung jawab yang penting bagi masyarakat Sasak. Tradisi ini juga dianggap sebagai wujud dari penghargaan terhadap keluarga perempuan dan upaya menjaga kehormatan keluarga. Dengan mengikuti prosesi Merarik, pasangan pengantin dianggap mendapatkan berkah dan restu dari keluarga serta masyarakat sekitar.
Proses Tradisi Merarik
Merarik melibatkan beberapa tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin laki-laki dan perempuan. Setiap tahap memiliki makna yang mendalam dan harus dilaksanakan dengan penuh penghormatan. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam prosesi Merarik:
a. Ngindit atau “Menculik” Calon Pengantin Perempuan
Tahap pertama dari Merarik adalah proses di mana calon pengantin laki-laki “menculik” calon pengantin perempuan. Penculikan ini biasanya sudah disepakati oleh kedua belah pihak, dan calon pengantin perempuan pun bersedia mengikuti proses ini. Dalam masyarakat Sasak, tindakan ini bukan dianggap penculikan dalam arti sebenarnya, melainkan sebagai simbolisasi pengorbanan calon pengantin laki-laki untuk mendapatkan calon istrinya.
Calon pengantin perempuan biasanya dibawa ke rumah keluarga atau kerabat dari pihak laki-laki atau ke tempat yang telah disepakati, di mana ia akan menginap selama beberapa waktu. Dalam tahap ini, sangat penting bagi kedua belah pihak keluarga untuk menjaga kerahasiaan prosesi agar terjaga kesakralannya.
b. Nyelabar atau Memberitahu Keluarga Perempuan
Setelah calon pengantin perempuan dibawa oleh pihak laki-laki, pihak laki-laki kemudian mengutus seseorang (biasanya orang tua atau tokoh masyarakat) untuk nyelabar atau menyampaikan kabar kepada keluarga perempuan bahwa putri mereka telah “diculik”. Dalam tahap ini, pihak keluarga perempuan akan diberi penjelasan tentang keberadaan anaknya, dan mereka diundang untuk datang ke tempat pertemuan guna membicarakan tahapan selanjutnya.
c. Sorong Serah Aji Krama atau Upacara Pertemuan Keluarga
Tahap ini adalah pertemuan resmi antara keluarga kedua belah pihak untuk membahas prosesi pernikahan, termasuk mahar atau “aji krama”. Dalam budaya Sasak, pemberian aji krama dianggap sebagai simbol tanggung jawab calon pengantin laki-laki terhadap calon istrinya. Mahar ini biasanya disesuaikan dengan kesepakatan kedua keluarga dan melibatkan barang-barang atau uang sebagai bentuk penghormatan kepada pihak perempuan.
Pada upacara Sorong Serah Aji Krama, terdapat rangkaian upacara adat yang diiringi dengan doa dan tradisi Sasak. Prosesi ini sangat penting, karena melalui inilah kedua keluarga menunjukkan keseriusan dan keikhlasan untuk menyatukan kedua mempelai dalam ikatan pernikahan.
d. Selamatan atau Upacara Pernikahan
Setelah tahapan Sorong Serah Aji Krama selesai, acara pernikahan akan diadakan. Upacara ini biasanya dihadiri oleh keluarga besar dan masyarakat sekitar. Pada acara ini, adat istiadat Sasak akan diikuti sepenuhnya, dengan iringan musik tradisional dan berbagai ritual. Upacara pernikahan ini menjadi puncak dari prosesi Merarik, di mana kedua mempelai secara resmi disatukan dalam ikatan pernikahan.
Nilai-Nilai Budaya dalam Merarik
Tradisi Merarik bukan sekadar ritual pernikahan, tetapi juga mengandung berbagai nilai budaya yang sangat penting bagi masyarakat Sasak. Berikut adalah beberapa nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini:
- Kebersamaan dan Gotong Royong: Tradisi ini melibatkan keluarga besar dari kedua belah pihak, serta peran aktif masyarakat sekitar. Dalam proses ini, peran serta orang tua, tokoh masyarakat, dan kerabat menjadi sangat penting, mencerminkan budaya gotong royong yang kuat.
- Kehormatan dan Tanggung Jawab: Tradisi ini menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan tanggung jawab dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Proses pemberian mahar atau aji krama merupakan bentuk tanggung jawab calon pengantin laki-laki kepada calon istrinya dan keluarganya.
- Kesakralan dan Kerahasiaan: Merarik dilakukan dengan penuh kesakralan dan menjaga kerahasiaan, terutama pada tahap awal. Hal ini mencerminkan penghormatan terhadap adat dan tradisi, serta menjaga martabat keluarga.
Perubahan dan Adaptasi Tradisi Merarik di Era Modern
Di era modern, tradisi Merarik mengalami beberapa perubahan dan adaptasi. Kini, banyak pasangan Sasak yang memadukan prosesi Merarik dengan pernikahan modern, seperti menggunakan konsep acara pernikahan yang lebih terbuka atau menggabungkan unsur-unsur budaya lain. Meski begitu, unsur-unsur utama dari Merarik, seperti ngindit, nyelabar, dan Sorong Serah Aji Krama, masih tetap dijalankan dengan penuh hormat.
Selain itu, di beberapa wilayah Lombok, pemerintah dan tokoh masyarakat juga turut melibatkan prosesi Merarik dalam acara kebudayaan dan pariwisata sebagai cara untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Sasak kepada masyarakat luas.
Kesimpulan
Tradisi Merarik adalah warisan budaya yang kaya dan penuh makna bagi suku Sasak di Lombok. Di balik prosesi yang terkesan sederhana ini, terdapat nilai-nilai seperti kebersamaan, tanggung jawab, serta penghormatan terhadap keluarga dan adat istiadat. Meski telah melewati berbagai perubahan, Merarik tetap menjadi salah satu identitas kultural yang penting bagi masyarakat Sasak.
Tradisi ini bukan hanya sebuah prosesi pernikahan, tetapi juga wujud dari cinta, penghormatan, dan kerjasama antar keluarga. Melalui Merarik, masyarakat Sasak tidak hanya melanjutkan warisan nenek moyang, tetapi juga mempererat hubungan sosial di dalam komunitas. Tradisi ini adalah bentuk kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan, serta memperlihatkan betapa kayanya tradisi dan adat istiadat di tanah air kita.