Mepasah: Tradisi Pemakaman Bali Aga Penuh Makna Spiritual

Mepasah

Culture Invasion – idesirevintageposters.com – Mepasah: Tradisi Pemakaman Bali Aga Penuh Makna Spiritual. Pulau Dewata Bali terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau, budayanya yang kaya, dan keramahan penduduknya. Salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan di Bali adalah Mepasah, sebuah tradisi pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Desa Trunyan, Bangli.

Sejarah dan Makna Mepasah

Mepasah merupakan tradisi pemakaman yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Bali Aga di Desa Trunyan. Tradisi ini dipercaya sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan memiliki makna spiritual yang mendalam. Bagi masyarakat Trunyan, tradisini ini merupakan cara untuk menghormati leluhur dan mengembalikan mereka kepada alam.

Proses RitualĀ 

Ketika seseorang meninggal di Desa Trunyan, jenazah mereka tidak dikubur atau dibakar seperti tradisi pemakaman pada umumnya. Jenazah akan disimpan di Tarung Carang, sebuah kuburan terbuka yang terbuat dari kayu pohon Taru Menyan. Di Tarung Carang, jenazah akan diletakkan di atas peti mati yang terbuat dari ijuk dan dibiarkan terurai secara alami.

Setelah beberapa bulan, jenazah yang telah terurai akan dipindahkan ke Sekepel, sebuah kuburan terbuka yang lebih kecil yang terletak di tepi Danau Batur. Di Sekepel, tulang-tulang jenazah akan dibersihkan dan dicuci dengan air danau. Tulang-tulang ini kemudian akan dibungkus kain putih dan disimpan di Pangentas, sebuah bangunan kecil yang terbuat dari bambu.

Keunikan Tradisi Mepasah

Mepasah merupakan tradisi pemakaman yang unik dan berbeda dengan tradisi pemakaman pada umumnya. Tradisi ini mencerminkan kepercayaan masyarakat Trunyan tentang kehidupan setelah kematian dan hubungan mereka dengan alam. Tradisi ini juga menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap leluhur dan lingkungan.

Mepasah

Mepasah di Era Modern

Meskipun tradisi Mepasah masih dilestarikan hingga saat ini, namun ada beberapa perubahan yang dilakukan. Saat ini, jenazah tidak lagi disimpan di Tarung Carang selama berbulan-bulan. Jenazah akan langsung dipindahkan ke Sekepel setelah beberapa hari. Selain itu, Pangentas kini tidak lagi terbuat dari bambu, tetapi dari bahan yang lebih permanen seperti beton.

Lihat Juga  Kiuturu Nandauw: Pejuang Hak Adat dan Penjaga Budaya Papua

Mepasah sebagai Daya Tarik Wisata

Tradisi Mepasah menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Trunyan. Banyak wisatawan yang datang ke desa ini untuk melihat dan mempelajari tradisi unik ini. Adat ini bukan hanya tradisi pemakaman, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat Trunyan.

Penutup

Mepasah merupakan tradisi pemakaman unik yang mencerminkan kepercayaan dan budaya masyarakat Desa Trunyan, Bali. Tradisi ini menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap leluhur dan lingkungan. Meskipun ada beberapa perubahan yang dilakukan di era modern, namun tradisi ini masih dilestarikan dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Trunyan.